Saat ditanya suku asli Australia 99% orang pastinya tahu kalau
jawabannya Aborigin. Ya, Aborigin memang suku asli yang sudah ribuan
tahun mendiami Australia. Tapi keberadaannya sekarang malah seakan tak
terdengar gaungnya. Nah, gimana sih sebenarnya ceritanya sampai suku
asli benua tersebut malah tak mendominasi di Australia?
Dikutip brilio.net dari aboriginalheritage.org, Rabu (29/4), ribuan tahun sebelum kedatangan bangsa Eropa, Australia telah diduduki Suku Aborigin. Mereka hidup di sepanjang Pelabuhan Foreshores, Sydney bagian utara. Memancing di perairan, berburu di daerah pedalaman, serta memanen tumbuhan yang bisa dijadikan makanan di sekitarnya menjadi cara mereka bertahan hidup.
Mereka tidak perlu melakukan perjalanan jauh dari daerah mereka untuk bisa mendapatkan bahan makanan karena melimpahnya sumber daya alam di sana. Mereka hanya memerlukan waktu bekerja 4-5 jam dalam sehari untuk untuk penghidupan mereka. Dengan waktu luang yang begitu banyak, mereka pun akhirnya bisa mengembangkan aneka ritual, bahasa, adat istiadat, hingga masalah kepercayaan.
Kedatangan James Cook pada tahun 1770 menjadi awal tersisihnya Suku Aborigin di tanah mereka sendiri. Saat itu Cook berlayar untuk menjalankan misi ingin menguasai Benua Selatan jika tak berpenghuni, atau dengan persetujuan penduduk asli jika telah berpenghuni.
Setelah Cook datang, ia ternyata mengabaikan fakta bahwa tanah tersebut telah berpenghuni dan menyatakan bahwa daerah yang disebut New South Wales milik Raja George III Inggris. Kegagalan mendapatkan persetujuan penduduk Aborigin membuatnya berbohong bahwa daerah tersebut kosong.
Kapten Philip yang memimpin armada setelahnya sangat terkejut karena ternyata benua itu berpenghuni. Aborigin sebagai pribumi menyambut mereka di pinggir pantai dengan teriakan dan tombak.
Sejak invasi Eropa ke Australia tahun 1788, orang pribumi Aborigin yang lebih dulu menempati Australia semakin tertindas di tanahnya yang telah ia tinggali ribuan tahun. Diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 orang Aborigin mendiami benua Australia pada tahun 1788.
Penyakit menjadi pukulan telak bagi bangsa Suku Aborigin. Mereka tidak memiliki perlawanan terhadap penyakit yang sengaja dibawa bangsa Eropa. Melalui para pelaut dan narapidana, penyakit seperti cacar, sipilis, dan influenza cepat menyebar di sana.
Kurang dari setahun, lebih dari setengan penduduk lembah Sydney meninggal karena wabah itu. Bangsa putih juga menghabisi ekosistem yang ada. Mereka menangkap ikan besar dengan jaring tangkapan yang besar, mengurangi populasi kanguru dengan terus menerus diburu, membuka lahan dan mencemari air. Akibatnya orang Aborigin di daerah Sydney menderita kelaparan. Hal itu menjadikan Suku Aborigin menjadi tergantung dengan makanan bangsa kulit putih dan pakaian.
Begitulah, bangsa Suku Aborigin semakin lama malah semakin berkurang populasinya. Sementara bangsa keturunan Inggris semakin berkembang di sana.
Dikutip brilio.net dari aboriginalheritage.org, Rabu (29/4), ribuan tahun sebelum kedatangan bangsa Eropa, Australia telah diduduki Suku Aborigin. Mereka hidup di sepanjang Pelabuhan Foreshores, Sydney bagian utara. Memancing di perairan, berburu di daerah pedalaman, serta memanen tumbuhan yang bisa dijadikan makanan di sekitarnya menjadi cara mereka bertahan hidup.
Mereka tidak perlu melakukan perjalanan jauh dari daerah mereka untuk bisa mendapatkan bahan makanan karena melimpahnya sumber daya alam di sana. Mereka hanya memerlukan waktu bekerja 4-5 jam dalam sehari untuk untuk penghidupan mereka. Dengan waktu luang yang begitu banyak, mereka pun akhirnya bisa mengembangkan aneka ritual, bahasa, adat istiadat, hingga masalah kepercayaan.
Kedatangan James Cook pada tahun 1770 menjadi awal tersisihnya Suku Aborigin di tanah mereka sendiri. Saat itu Cook berlayar untuk menjalankan misi ingin menguasai Benua Selatan jika tak berpenghuni, atau dengan persetujuan penduduk asli jika telah berpenghuni.
Setelah Cook datang, ia ternyata mengabaikan fakta bahwa tanah tersebut telah berpenghuni dan menyatakan bahwa daerah yang disebut New South Wales milik Raja George III Inggris. Kegagalan mendapatkan persetujuan penduduk Aborigin membuatnya berbohong bahwa daerah tersebut kosong.
Kapten Philip yang memimpin armada setelahnya sangat terkejut karena ternyata benua itu berpenghuni. Aborigin sebagai pribumi menyambut mereka di pinggir pantai dengan teriakan dan tombak.
Sejak invasi Eropa ke Australia tahun 1788, orang pribumi Aborigin yang lebih dulu menempati Australia semakin tertindas di tanahnya yang telah ia tinggali ribuan tahun. Diperkirakan bahwa lebih dari 750.000 orang Aborigin mendiami benua Australia pada tahun 1788.
Penyakit menjadi pukulan telak bagi bangsa Suku Aborigin. Mereka tidak memiliki perlawanan terhadap penyakit yang sengaja dibawa bangsa Eropa. Melalui para pelaut dan narapidana, penyakit seperti cacar, sipilis, dan influenza cepat menyebar di sana.
Kurang dari setahun, lebih dari setengan penduduk lembah Sydney meninggal karena wabah itu. Bangsa putih juga menghabisi ekosistem yang ada. Mereka menangkap ikan besar dengan jaring tangkapan yang besar, mengurangi populasi kanguru dengan terus menerus diburu, membuka lahan dan mencemari air. Akibatnya orang Aborigin di daerah Sydney menderita kelaparan. Hal itu menjadikan Suku Aborigin menjadi tergantung dengan makanan bangsa kulit putih dan pakaian.
Begitulah, bangsa Suku Aborigin semakin lama malah semakin berkurang populasinya. Sementara bangsa keturunan Inggris semakin berkembang di sana.