Pernahkah
kita mencoba membuat analisa bagaimana perjalanan hidup dan success
story para pakar dan tokoh-tokoh IT? Apakah mereka sukses karena gelar?
Atau karena hasil karya yang diakui dan dimanfaatkan banyak orang?
Keunggulan yang diperoleh seseorang karena gelar (degree), sertifikasi (certification) dan pengakuan formal, sering saya sebut sebagai keunggulan dejure.
Sedangkan sebaliknya, keunggulan yang diperoleh seseorang karena
pengakuan dan penghargaan publik terhadap hasil karya, produk, dan
perjoeangan yang dilakukan adalah merupakan keunggulan defacto.
Bidang teknologi informasi dan computer science termasuk bidang yang
unik, karena banyak sekali pakar dan tokoh-tokohnya lahir justru karena
kekuatan karakter dan keunggulan defacto, disamping keunggulan dejure.
Bill
Gates, Kevin Mitnik, Richard Stallman, dan Linus Torvald, adalah
nama-nama yang besar karena keunggulan defacto mereka. Orang mungkin
juga lupa bahwa Jerry Yang dan Dennis Ritchie adalah akademisi yang
menguasai dengan baik teori-teori dasar komputasi. Meskipun mereka lebih
terkenal karena pembuat bahasa C dan founder dari Yahoo.Com. Tentu ada
juga orang seperti Andrew S. Tanenbaum yang disamping dia seorang doktor
dan profesor di bidang sistem operasi (dejure), juga sangat terkenal
dengan idenya membuat Minix (defacto). Minix adalah sistem operasi
turunan Unix yang terbuka dan di luar negeri banyak digunakan sebagai
bahan ajar untuk kuliah sistem operasi di universitas-universitas.
Linux
Torvald muda pun terinspirasi oleh Minix sewaktu pertama kali
mengembangkan Linux. Demikian juga dengan William Joy, yang sebenarnya
awalnya seorang akademisi dengan project Unix BSDnya, namun sekarang
lebih terkenal karena dia tokoh dibalik lahirnya Java dan Jini di Sun
Microsystem.
Lalu bagaimana dengan tokoh-tokoh IT Indonesia? Onno W
Purbo lebih terkenal tentang Wireless Networking maupun RT/RW Net,
meskipun secara dejure beliau ada seorang doktor di bidang
semikonduktor. Dan lebih enak menyebut mas Made Wiryana sebagai mbahnya
Linux Indonesia (defacto), meskipun penelitiannya bersama Prof. Peter B
Ladkin lebih ke arah jaringan dan sistem terdistribusi (dejure).
Sumber Daya Manusia (SDM) IT Indonesia, sebaiknya
diarahkan untuk memiliki kombinasi kedua keunggulan tersebut. Di satu
sisi kita selalu encourage mahasiswa-mahasiswa kita untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. Di sisi lain kita ajak
untuk aktif dalam komunitas maya, berdiskusi dan membina karir politik
maya lewat kerja-kerja unik yang dibutuhkan oleh masyarakat secara luas.
Keduanya dapat saling menunjang dan menjadi backup yang baik, sehingga
SDM IT kita selalu dapat survive di dunia IT yang makin lama makin keras
dan penuh perubahan. Dan yang pasti dengan adanya dua keunggulan
tersebut kita akan mendapatkan berbagai kebebasan.
Dari
ratusan tawaran mengajar, seminar, maupun kesempatan bisnis yang mampir
ke saya, sebagian besar datang karena aktifitas saya di dunia maya,
misalnya karena saya founder IlmuKomputer.Com, karena tulisan-tulisan
saya di media cetak, elektronik, atau yang saya share di RomiSatriaWahono.Net, ataupun
karena pendapat saya di milis-milis (defacto). Sebagian lagi datang
karena saya peneliti di LIPI atau karena degree saya (dejure).
Jadi keunggulan mana yang anda pilih, meraih
keunggulan Defacto atau Dejure? Persiapkan keduanya untuk menghadapi
dunia IT ke depan yang semakin keras dan cepat berubah. Jangan tergiur
karena satu keunggulan, raih keduanya untuk backup apalagi satu
keunggulan sulit kita raih.